BANJARNEGARA, suaralama.info – Di tengah hiruk pikuk puncak perayaan Hari Jadi Banjarnegara ke 452 kemarin (26/2/2023) yang berpusat di Alun-alun Banjarnegara dengan acara kirab budaya dan pagelaran musik dangdut, ternyata sekelompok pemuda justru berkumpul di makam Sunan Gripit, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara.
Mereka juga turut larut merayakan Hari Jadi Banjarnegara, hanya saja dengan cara berbeda: peluncuran buku Babad Banjar Gripit, karya Nassirun Purwokartun.
Nassirun dalam kegiatan tersebut mengungkapkan, ia ingin momen Hari Jadi Banjarnegara tidak hanya sekadar perayaan namun juga ada pengkajian sejarah.
“Babad Banjar Gripit selain bercerita tentang Sunan Giri Gajah, Sunan Gripit dan juga Sunan Giri Wasiyat, terdapat juga segmen yang menceritakan tentang peristiwa Adipati Mrapat sebagai tonggak peristiwa sejarah Hari Jadi Banjarnegara. Kami ingin masyarakat juga mengkaji peristiwa dan nilai-nilai dari para leluhur itu,” jelas Nassirun.
Ia menambahkan, kegiatan peluncuran buku Babad Banjar Gripit ini harapannya menjadikan generasi muda saat ini melek sejarah dan mau belajar sejarah.
“Selama ini babad Gripit hanya sebuah naskah yang bahkan di seluruh Desa Gripit pun sudah tidak ada yang memahami. Padahal isinya sangat menarik. Karenanya saya mencoba menghidupkan kembali babad Gripit, saya terjemahkan dengan bahasa Indonesia dan tulisan latin sehingga mudah dipahami. Saya harap babad ini kembali hidup dan mendunia,” harap budayawan asal Banyumas ini.
Salah satu peserta kegiatan bedah buku ini Tjatur Budijantoro mengaku sangat takjup dengan acara ini karena membahas naskah kuno yang sudah diterjemahkan.
“Selama ini ya saya hanya dengar dari mulut ke mulut tentang babad Gripit. Ternyata dengan acara seperti ini kita jadi tahu narasi sejarah sekaligus tempat-tempat bersejarahnya,” ujar Tjatur.
Selain bedah dan peluncuran buku, Nassirun juga mengajak peserta napak tilas dari makam Sunan Gripit ke Sunan Giri Wadiyat di Badakarya, Kecamatan Punggelan.(ahr)
